Laman

Minggu, 06 Januari 2013

Kader Ulul Albab Kota Bandung Kuatkan Silih Asah, Asih Dan Asuh.



Oleh: Dedi Abdul Hakim[1]
Silih asah, Silih asuh  dan Silih asih, mengapa filosofi ini yang meuncul,  inilah yang diajarkan oleh orang tua kita dahulu tatkala mendidik anak mudanya untuk ditempa menjadi generasi penerus yang berakhlak baik (Islami).
Silih asah terkandung semangat motivasi , spirit, kesabaran, dan memiliki sasaran tujuan, selanjutnya silih asuh, memiliki kandungan makna menjaga, membimbing dengan rasa ikhlas, membina dengan rasa tanggung jawab dan selanjutnya silih asih, mengandung makna rasa indah/keindahan/ cinta kasih sayang yang jujur dan setia. [2]
Diharapkan kepada seluruh rengrengan Pengurus daerah Kota bandung Tertanam dalam hati sanubarinya untuk memiliki filosofi silih asah, silih asuh dan silih asih.
baca selengkapnya......
Mari kita ambil contohnya, A. Hassan waktu dahulu saat membina para kaum muda seperti Muhammad. Natsir sangatlah tergambar memiliki rasa filosofi ini, silih asah, A.Hassan memiliki kesabaran dalam membina anak didiknya, diceritakan tatkala ia sedang membaca di waktu senggangnya kemudian datanglah M.Natsir dan Kawan-kawanya meminta pendapat A.Hassan dan rujukan buku untuk membantah para penghina Islam, A.Hassan Langusung menghentikan sejenak aktivitasnya untuk membina menjelaskan prihal Islam dan memeberikan reverenis buku-buku prihal keislaman. Sungguh paham berarti A.Hassan ini, bahwa pembinaan terhadap kaum muda perlu lah dilaksanakan, karena ia kelak akan menjadi pemimpin dimasa yang akan datang. Jelas bahwa A.Hassan memiliki tujuan kesana, membina keilmuan kaum muda, mendidik dengan tulus untuk menjaga agar generasi muda tetap ingin terus belajar agama islam sungguh telah terkandung dalam silih asuh, ikhlas dalam membimbing anak didiknya dan memiliki rasa tanggung jawab.
Menurut hemat saya, sifat Hiampunan Mahasisiwa Persis ini perlu memiliki rasa silih,asah dan asih terhadap kader yang ada di setiap komisariat. Staf pimpinan daerah itu merupakan simpul dari semua elem dari staf yang ada di komisariat. Sekiranya kalo memiliki rasa tanggung jawab terhadap kader yang ada dibawahnya untuk senantiasa sering keilmuan, untuk memotivasi anak didiknya supaya tetap mengukir sejarah di Hima Persis sehingga merasa hidup dalam lingkungan organisasi Hima Persis ini merasa ada tujuan.  Membina dengan rasa keihlasan, kesabaran dan sadar bahwa kader yang dibimbingnya kelak akan menggantikanya sehingga ia menjaga hal itu, selanjutnya apabila tidak memiliki rasa cinta terhadap organisasi Hima Persis, maka tunjukan dan berikan contoh oleh seniornya untuk menyemaiamkan rasa cinta dan rasa memiliki terhadap Hima Persis, imbasnya apa dengan semua ini, rasa cinta dengan jujur sehingga tetap setia dengan Organisasi ini. Inilah sedikit sumbangsih saya dalam menyoretkan tinta hitam diatas kertas. Supaya menjadi renungan bagi kita semua selaku keluarga Ulul Albab.
Walaupun kendala materi selalu menjadi hambatan dalam menjalankan tugas, maka apabila rasa tanggung jawab untuk membina dan menyayangi kader untuk tetap ber-Islam dan beri’tijam terhadap organisasi maka percayaalah bahwa setiap langkah gerak kita dan setiap perjuangan kita Allah lah yang akan membalas Amin tujuan bukan hal yang utama, yang utama adalah ingin berkorbannya.


[1] Mahasiswa Jurusan Sejarah Uin Bandung, Div. Kajian Ilmiah Pimpinan Daerah Hima Persisi Kota Bandung.
[2] Lih, Pangeran Ahmad Wiriaatmadja, Makalah: Nilai-Nilai Budaya Sunda Warisan Prabu siliwangi, disampaikan pada Dialog Interaktif, revitalisasai nilai Budaya Masyarakat tatar Sunda tema:” yusur Galur raratan, Ngaguar warisan Prabu Siliwangi Ti pajajaran”. Bandung: Bank Indonesia, 2011.