Laman

Jumat, 21 Oktober 2011

Mama Arif Muhammad Dan Jejak Peninggalanya.


Oleh : Dedi Abdul Hakim

Islamisasi di Garut tidak akan pernah terlepeas dari tokoh mama Arip Muhammad, Arif Muhammad adalah seorang sosok kharismatik yang berperan aktif dalam proses penyebaran ajaran Islam (Islamisasi) di daerah Garut, Jawa Barat. Dalam beberapa literatur, Arif Muhammad disebutkan berasal dari daerah Timur Tengah, Baghdad. Namun, entah karena sebab apa, beliau akhirnya menjadi panglima perang pada kerajaan Mataram. Bila mendengar cerita lisan dari penduduk setempat atau dari penduduk kampung pulo, bahwa “Arif Muhammad adalah panglima perang dari kerajaan Mataram. Ia diutus Sultan Agung untuk mengusir VOC di Batavia pada 1645. Kemudian Arif Muhammad berangkat menuju Batavia untuk menyerang VOC. Sayangnya, Arif Muhammad beserta pasukannya berhasil ditekuk mundur.”
Kegagalan Arif Muhammad membuatnya malu sendiri untuk kembali ke Mataram. Selain itu, ia takut terhadap Sultan Agung yang akan membunuhnya apabila ia mengetahui bahwa Arif Muhammad kembali dengan membawa kegagalan. Oleh karena itu, Arif Muhammad memutuskan untuk mengasingkan diri. Garut, dipilihnya sebagai tujuan. Selain itu, ia berniat menyebarkan agama Islam di daerah Parahyangan Timur. Awalnya, ia berdakwah di daerah Tambak Baya.
Beberapa waktu kemudian, Arif Muhammad berpindah ke tempat lain. Adiknya kemudian meneruskan dakwahnya di Tambak Baya. Sedangkan Arif Muhammad berdiam di sebuah kampung di desa Cangkuang. Setelah beberapa lama, kini di desa tersebut terdapat danau kecil atau situ. Kampung tempat tinggal Arif Muhammad terpisah dan membentuk sebuah pulau. Lantas, kampung tersebut dinamai Kampung Pulo yang artinya sebuah kampung yang terdapat di tengah pulau.
Pendiri kampung pulo
Sebuah kampung sederhana yang dikelilingi oleh danau (baca: situ) berdiri di area lahan yang terletak di Ds. Cangkuang Kec. Leles Kab. Garut itu adalah sebuah perkampungan yang sarat akan sejarah Islamisasi di daerah Garut, khususnya wilayah Cangkuang.
Semenjak Sultan Agung  mengalami kekalahan ketika hendak menyerang Banten dan Blambangan, ia kemudian melakukan ekspansi wilayah kembali dengan menyerang daerah Batavia (sekarang Jakarta).(Dinasa Pariwisata DKI:,Jakarta:127) Penyerangan ini dipimpin oleh Pangadegan, Wirajaya, Wirabaya, dan Arif Muhammad.    Namun, dalam perjalanan sejarahnya, penyerangan kali ini pun berakhir dengan kegagalan yang telak. Ke-empat pemimpin perang ini dikalahkan dan harus mundur. Satu di antara ke empat panglima perang Mataram itu berhasil meloloskan diri bersama belasan prajuritnya. Setelah beberapa lama, akhirnya mereka sampai didaerah Cangkuang.
Pada saat itu penduduk Kampung Cangkuang masih sedikit dan belum mengenal agama Islam. Penduduk Cangkuang masih memeluk kepercayaan Animisme, Dinamisme, dan agama Hindu.  Setelah cukup lama menetap di Cangkuang, Arif Muhammad dan para sahabatnya berniat menyebarkan agama Islam kepada penduduk setempat. Karena prajurit Mataram ini ramah dan pandai bergaul, dengan sendirinya kehadiran mereka dapat diterima dengan baik oleh penduduk Cangkuang maupun penduduk dari luar Cangkuang.
Untuk memperkokoh penyebaran Islam di wilayah Cangkuang, kemudian Arif Muhammad membangun sebuah masjid sederhana (mesjid pulo) yang sampai sekarang masih ada. Untuk keperluan berwudhu, Arif Muhammad membendung parit yang airnya berasal dari Sungai Cicapar dan akhirnya terbentuklah sebuah danau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Situ Cangkuang. Arif muhammad dan sahabatnya tinggal ditengah danau yang disebut Kampung Pulo.
Ketika Islam menjadi pegangan hidup penduduk Cangkuang, khususnya masyarakat di Kampung Pulo, Arif Muhammad tetap menghargai adat istiadat setempat, atau kebisaaan penduduk setempat. Misalnya, larangan untuk tidak boleh bekerja atau berziarah pada hari rabu. hal itu berlaku hingga hari ini.
“Arif Muhammad telah menikah dengan seorang perempuan dan telah memiliki tujuh orang anak, enam anak perempuan dan satu anak laki-laki. Namun hingga saat ini, belum diketahui istri dan silsilah keturunan daripada Arif Muhammad. Hal ini disebabkan karena tidak tersedianya manuskrip atau bukti otentik akan biografi (riwayat hidup) dari Arif Muhammad. Cerita yang berkembang saat ini hanya disampaikan dari mulut ke mulut
Dalam perjalanan sejarahnya, Arif Muhammad yang kemudian dikenal dengan sebutan Sembah Dalem Arif Muhammad, mempunyai tujuh orang anak, enam wanita dan satu laki-laki. Ketujuh anaknya tersebut dilambangkan dengan tiga buah rumah adat disebelah kiri dan tiga buah  lagi di sebelah kanan. sedangkan sebagai lambang putranya didirikan masjid adat yang sampai sekarang masih dapat dilihat. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendiri daripada Kampung Pulo adalah Sembah Dalem Arif Muhammad. Demikian sebuah peninggalan dari mama Arif Muhamaad atau embah Dalem Arif Muhammad yang masih dapat kita saksikan di Ds. Cangkuang Kec. Leles Kab. Garut, merupakan suatu warisan budaya kita yang perlu diketahui.

1 komentar: